Pemeriksaan kesehatan mental penting dilakukan secara rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko. Mereka yang memiliki faktor risiko misalnya, memiliki riwayat dengan masalah kesehatan mental. Hal ini diungkapkan oleh Psikolog & Grafolog Joice.
Dengan adanya mental check up, maka akan diketahui apakah punya masalah kesehatan mental atau tidak. Menurut Joice, orang Indonesia tidak memiliki fokus yang baik terkait mental chek up. Sebagian dari masyarakat Indonesia bersedia untuk melakukan chek up yang berhubungan fisik hingga ke luar negeri.
Namun, jika berusia dengan kesehatan mental, mereka menganggap hal ini urusan mudah. "Gampang lah, berdoa saja, healing healing beres. Enggak, tidak sesederhana itu, itu lebih kompleks dari pada penyakit fisik. Kenapa? Karena tidak kelihatan," katanya lagi. Saat melakukan mental check up, akan dicari sampai ke generasi sebelumnya, apakah memiliki permasalah mental.
Ia pun menyebutkan semua ini berhubungan dengan unsur genetika. "Jadi dengan chek up akan dilakukan pengukuran, ya melalui anamnesa namanya, diwawancara, dia akan melihat riwayat hidupnya, kemudian riwayat keluarganya, seperti apa," kata Joice lagi. Selanjutnya, akan dibuat tes psikologi yang mengukur bagaimana gambaran kepribadian seseorang.
Kemudian, dielaborasi lebih jauh, dan baru diketahui setelahnya. Jika memang ditemukan masalah kesehatan mental, maka akan diupayakan treatment dalam bentuk terapi. "Kalau sudah menyentuh aspek fisik seperti bipolar, depresi, skizofenia, itu harus mendapatkan treatment medis, pakai obat dari dokter," tutupnya.
Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.